Setelah menghabiskan 3 malam di Roma, selanjutnya saya menuju kota fashion, MILAN !
Sebenarnya tujuan utama kami adalah ke Venice, tetapi kami lebih memilih untuk stay di Milan selama 2 malam dibandingkan dengan stay di Venice karena;
1. Hotel-hotel di Venice mahal
2. Sehabis dari Milan kami akan ke Zurich, Swiss dengan menggunakan Bernina Express dan harus dari Milan, kalau dari Venice malah tambah ribet dari segi jadwal kereta, harga tiket, rute, dll. Jadi Milan hanya sebagai tempat 'transit' saja.
Di Milan sendiri tidak ada terlalu banyak obyek wisata, paling hanya Duomo di Milano dan Stadion San Siro (kalau anda penggemar sepak bola). Untuk hotel, saya menginap di Michelangelo Hotel, di daerah Stazione Milano Centrale (Milan Central Station).
Setelah istirahat bentar di Hotel, saya ingin balik ke stasiun untuk print tiket kereta Regional untuk ke Tirano. Ya, harus di stasiunnya langsung, gak bisa print di rumah, walhasil mau gak mau ngantri deh di stasiun.
Setelah selesai urusan di stasiun, baru deh bisa menuju ke obyek wisata. Tujuan utama adalah Duomo di Milano, sebuah katedral cantik di pusat kota Milan
Cantik sih katedralnya, lebih bagus lihat langsung di tkp daripada di foto. Gedung-gedung di sekitarnya juga tidak kalah bagusnya, dengan banyaknya burung merpati di area tersebut.
Yang perlu diwaspadai selain copet adalah tukang yang suka ngasih roti untuk turis-turis yg ingin ngasih makan merpati, hati-hati karena mereka tidak gratis dalam memberi roti-rotinya, padahal bilangnya gratis, udah gitu langsung naro roti di tangan turis. Naldi hampir kena, untung tangannya langsung saya tarik dan si tukang marah-marah bilang 'this is free', saya bales aja 'bodo amat' hahah.
Untuk yang demen berbelanja barang-barang bermerek,berbahagialah anda, karena di sebelahnya adalah Galleria Vittorio Emmanuele II dengan desain yg mengagumkan
Setelah dari Duomo di Milano, saya dan Naldi menuju ke San Siro Stadium. Meskipun saya bukan penggemar sepak bola dan adik saya penggemar Liverpool FC, tapi kami sepakat untuk mengunjungi setiap stadiun sepak bola di kota-kota yang kami kunjungi, kapan lagi yekan hoho.
Sebelum menuju kesana, kami ke hotel dulu untuk makan sebentar karena lapar, baru deh menuju ke San Siro yg terletak di pinggiran kota.
Di Milan, stasiun Metro-nya lebih rapi dan bersih ketimbang di Roma, dan untuk menuju ke San Siro kami harus mengikuti jalur Ungu. Keretanya bersih dan sepi, mantap.
Setelah 10 menit didalam kereta, akhirnya sampai juga di tekape. Stadiun San Siro sendiri ternyata terletak di antara perumahan. Awalnya serasa berada di Jepang, dan sepi pula.
Stadiunnya sendiri tidak susah untuk ditemukan, buktinya setelah keluar dari stasiun, stadiunnya sudah kelihatan, dan untuk menuju ke depan stadiunnya, anda harus berjalan lagi hohoho.
Setelah berfoto ria dan menikmati lingkungan di sekitar stadiun,akhirnya kita balik lagi ke hotel. Setelah sampai di stasiun utama Milan, saya tidak lupa untuk membeli cemilan di supermarket stasiun di lantai paling bawah untuk dimakan di hotel. Saran saya sih kalau mau beli makanan dan minuman ringan di supermarket ini saja karena harganya lebih murah bila dibandingkan dengan kios2 di lantai atas stasiun. Setelah tiba di hotel, saya akhirnya tidur untuk menyiapkan banyak tenaga karena esoknya saya dan keluarga akan ke Venice !
To be continued....
Selasa, 08 September 2015
Minggu, 06 September 2015
Jalan-Jalan di Roma, Italia (Part 3)
Oke, keesokan harinya saya kembali berkeliling Roma, tapi hanya dengan keluarga saya saja karena keluarga om Agus harus ke Venice.
Tujuan pertama adalah ke Pantheon. Untuk menuju kesini, saya memilih naik bus karena tidak ada Metro yg turun di dekat Pantheon. Setelah naik bus, berikutnya adalah masuk ke jalan kecil. Untuk jalan-jalan di Roma memang butuh tenaga ekstra karena untuk mencapai setiap lokasi kebanyakan harus jalan kaki.
Pantheon
Pemandangan dari Pantheon
Pantheon adalah sebuah bangunan yang dikonstruksikan pada tahun 27 SM sebagai kuil. Pembangunan kuil ini diselesaikan pada masa pemerintahan Kaisar Hadrian (118 SM-28 M) pada tahun 126 M. Hadrian membangun kuil ini untuk penyembahan terhadap dewa-dewa Romawi (sumber: Wikipedia).
Setelah menikmati struktur bangunannya sejenak (kaya ngerti aja lo cal) akhirnya saya masuk kedalam untuk melihat isinya, soalnya gak ngantri dan gak bayar, gak seperti di Vatikan hahaha.
Setelah menikmati suasana didalam, tiba-tiba ayah saya mau foto sama sang Gladiator di depan Pantheon. Saya sih gak minat, tapi ayah saya semangat dan ngajak adik saya yg ternyata males juga. Akhirnya saya yg fotoin, mereka berdua yg berpose hahaha.
Konyol
Sehabis ngaso sebentar, saya akhirnya menuju ke kedai kopi terkenal di Roma, dan katanya sih salah satu kopi otentik terenak di Roma, namanya Sant Eustachio Il Caffe. Cukup berjalan kaki dari Pantheon, gak jauh kok lokasinya, yg penting anda sudah punya peta.
Sant Eustachio Il Caffe
Menu beserta harganya (Sumber: Google)
Kalau anda mau menikmati kopi sambil duduk di meja luar, ingat bahwa anda akan dikenakan biaya tambahan. Nanti anda akan ditanya mau take away atau duduk diluar. Soal kopinya, jujur rasanya biasa saja, malah lebih enakan Cappuccino di hotel hahaha ya tergantung selera sih, yg penting udah merasakan kopi asli Italia bagaimana.
Setelah minum kopi, berikutnya saya menuju ke objek wisata berikutnya, yaitu monumen Vittorio Emanuele II (Alter of the Fatherland). Cukup naik bus sebentar dari Pantheon.
Jujur ini salah satu objek wisata yg saya suka di Roma, karena bentuknya yg megah dan paling keren apabila bendera Italia-nya berkibar tertiup angin, wih molto bene !
Setelah dari sana, saya dan keluarga akhirnya pulang ke hotel karena sudah pada capek, tapi saya belum hahaha, jadi setelah saya mengantarkan mereka ke hotel saya ingin pergi ke Piazza del Popolo, tetapi saat keluar dari hotel, matahari menyengat seperti di Tanjung Priuk. Pusing, akhirnya yasudah saya tidur saja, mungkin disuruh istirahat.
Malam pun tiba. Keluarga om Agus sudah tiba dari Venice dan pada tepar semuanya, tetapi si Vindi bilang sama saya kalau mau naik Tram. Saya setuju, dan saya tanya sama si Marco (resepsionis yg saya ceritakan di part 1) kalau mau naik tram bagaimana, eh jawabannya malah saya jangan naik tram karena tram itu 'will bring you to a bad place'. Saya langsung mengerti kalau daerah yg dimaksud berbahaya. Yasudah akhirnya saya dengan Vindi memutuskan untuk makan Gelato sambil keliling daerah sekitar hotel. Jangan anggep keliling di daerah Roma Termini malam hari suasananya bagus kaya di Malioboro, malah seram, kalau anda tidak berani jalan sendirian lebih baik di hotel saja, itu saya sama Vindi hitungannya nekat hahaha maaf ya Vin.
Keesokan harinya, kami sudah harus cabut ke kota tujuan masing-masing. Keluarga saya akan menuju Milan dan Keluarga om Agus akan menuju ke London. Saya ke Milan menggunakan kereta yg bernama Frecciarossa.
Tips:
1. Bila menggunakan kereta dari Roma Termini, selalu ingat: PERHATIKAN NOMOR KERETA YANG AKAN ANDA GUNAKAN, JANGAN PERHATIKAN TUJUAN ANDA, karena berdasarkan pengalaman pribadi, kereta yg akan saya gunakan tujuan akhirnya bukan di Milan, melainkan di Brescia. Banyak turis yg tertipu akan hal ini, jadi amat disarankan hafalkan nomer kereta anda.
2. Selalu pantau papan petunjuk kereta (apa ya namanya ? lupa) agar anda bisa langsung ke platform tujuan karena platform tujuan akan keluar 10-15 MENIT SEBELUM KEBERANGKATAN, jadi tidak heran banyak turis berlari-lari di stasiun karena kurangnya riset.
To be continued....
Jumat, 28 Agustus 2015
Jalan-Jalan di Roma, Italia (Part 2)
Setelah sampai di Roma Termini, kesan pertama saya adalah stasiun ini atmosfirnya kaya di Stasiun Gambir (atmosfirnya aja lho). Panas, rame, dll. Jangan kaget apabila di stasiun banyak orang-orang berkulit hitam, menurut kabar yang saya tahu banyak imigran-imigran di Eropa, terutama dari Maroko, Turki, dan orang-orang berkulit hitam ini saya kurang tau darimana.
Saya membeli kartu perdana untuk HP saya seharga 20 euro, sudah dapat paket internet 2GB dan gratis telfon 1000 menit dan juga sms, karena di hotel tempat saya menginap katanya WiFi nya gak stabil, putus-putus koneksinya, gak sampe kamar, dll. Ternyata salah, saudara-saudara, WiFi nya lumayan enak, memang suka putus-putus sih, tapi gak bikin kesel juga. Saya nginep di Hotel Serena. Hotel bintang 3, tetapi sesuai dengan yang saya butuhkan, dan harganya gak mahal-mahal banget kalau menurut standar hotel di Eropa sih :D
Saya menginap 3 malam disini. Yang saya suka disini salah satunya adalah resepsionisnya, namanya Marco, he has a good sense of humor tapi iseng juga, jadi hati-hati aja suka dijahilin hahaha, tapi dia ngasih tips-tips yang bagus selama berkeliling di Roma, seperti hati-hati copet, jangan naik tram karena 'will bring you to a bad place', dll. Saya dan keluarga akan berkeliling keesokan harinya karena sudah terlalu capek. Oke, skip to the next day.
Tujuan pertama saya adalah Basillica Santa Di Maria Maggiore, yg notabene sangat dekat dari hotel.
Setelah dari sana, saya menuju Colloseum dengan berjalan kaki. Jaraknya lumayan, gak jauh gak deket juga, tapi karena di sepanjang perjalanan banyak yang dilihat jadi gak terlalu berasa juga capeknya.
Setelah sampai di Colloseum, kesan pertama saya: rame banget, udah kaya di GBK mau nonton Timnas tanding.
Dari review turis-turis asing yang saya baca, siap-siap banyak yg nawarin tongsis, dan bener juga sih, gak jauh beda seperti di tanah air hahaha. Banyak turis asing yang ngasih review jelek tentang Roma karena copet, banyak pedagang, dll, saya udah rada parno pas tau hal-hal begitu makanya waspada banget, ternyata sama aja kaya di Indonesia, paling bedanya modus-modus copetnya lebih ajaib dan gak disangka-sangka. Beruntunglah kita udah sering ngerasain kerasnya tanah air, jadi pas sampai disini udah gak terlalu kaget, tapi tetep waspada aja ya, ibarat ke Tanah Abang aja suasananya, just enjoy the view but always watch your belongings.
Hal yang sangat disayangkan adalah, banyak obyek wisata yang sedang direnovasi saat saya di Eropa, begitu juga Colloseum, jadi siap-siap sedikit kecewa ya.
Sebelum ke Eropa, saya dapat info bahwa Eropa sedang dilanda gelombang panas. Wih saya udah mikir bakal panas sekali, tapi pas sudah disana, ah masih panasan Rawa Belong yg panasnya nusuk kulit (yang kuliah di Bi*us pasti ngerti panasnya) hahaha.
Turis-turis berebutan minum air karena panas banget
Disini banyak yang jual souvenir dengan harga murah. Souvenir2 di Italia termasuk murah, seperti magnet kulkas 3 euro dan gantungan kunci hanya 1 euro per buah, bandingkan di Swiss yang magnet kulkasnya CHF 6. Bangkruuut.
Oke, sehabis dari Colloseum, saya berangkat ke Vatikan dengan Metro (bukan bus ya, tapi kereta bawah tanah).
Saya beli tiket yg 1 day full. Enaknya adalah tiket ini bisa juga digunakan untuk naik bus, jadi gausah beli tiket bus lagi. Saat di dalam Metro, baru deh mulai waspada tingkat tinggi, pasalnya copet-copet banyak beraksi disini, bahkan Venna sempat hampir kena copet, untung ibunya selalu mengamati orang2 yg berdiri di sekitar Venna, jadi aksi copet tersebut gagal dan langsung keluar metro di stasiun berikutnya.
Setelah sampai di stasiun Metro Vatican, untuk ke Vatican mau gak mau jalan kaki lagi. Untungnya banyak yang dilihat di sepanjang jalan seperti toko-toko.
Nah setelah berjalan lumayan jauh, akhirnya sampai juga di negara di dalam ibukota Italia, Vatikan !
Untuk masuk kedalamnya, harus ngantri seperti ngantri arung jeram di Dufan, mending nikmatin suasana aja sambil foto-foto.
Perjalanan selanjutnya dari Vatikan adalah ke Fontana Di Trevi atau Trevi Fountain naik Metro. Saya dan Vindi sempat dicibir ama penjual tongsis dengan bilang, 'dasar Filipino'. Wew kita dikira orang Filipina, kita sih ketawa-ketawa aja, ketawa miris sih.
Setelah sampai di Stasiun Metro Trevi Fountain, untuk ke TKP saya jalan kaki lagi yg jaraknya lumayan jauh. Ya ini salah saya juga sih karena gak tau kalau bisa naik bus juga, saya sampe gak tega ama rombongan, pada capek semua.
Setelah sampai di Trevi Fountain, hal yang mengecewakan kembali terjadi, yaitu tempat ini juga sedang di renovasi.
Dari situ saya berangkat lagi ke Piazza di Spagna (Spanish Steps), yang notabene tempat nongkrongnya anak-anak muda disini.
di Stasiun Metro Fontana di Trevi
Piazza di Spagna
Disini juga banyak toko-toko seperti Dior, Massimo Dutti, dll. Oiya, disini banyak tukang mawar yang suka ngasih bunga mawar 'gratis' padahal disuruh bayar juga dengan modus macam-macam, pokoknya jangan di terima, tante Ika sampai kena tipu, padahal udah nolak tapi tukangnya langsung narik tangan tante Ika sambil ngasih bunga terus disuruh bayar. Asli modusnya jelek banget.
Emak
Habis dari sini, saya kembali ke hotel karena rombongan sudah pada teler hahah, tetapi om Agus ingin ke Olympico Stadium karena beliau penggemar sepak bola dan besoknya mereka harus ke Venesia, jadi akhirnya saya, Naldi, tante Ika dan om Agus, kesana tetapi setelah istirahat sebentar di hotel, sisanya tidur.
Setelah beristirahat cukup, akhirnya kami berangkat menuju Olympico Stadium dengan naik Metro di Roma Termini. Untuk kesana harus naik Metro ke suatu wilayah namanya Lepanto, kemudian dari situ naik bus lagi (tidak usah bayar, cukup naik saja).
Akhirnya sampai juga di tempat tujuan. Stadionnya bagus juga.
Sayang kami gak bisa masuk kedalam, yaudah foto-foto di luarnya aja, beruntung ada gerbang yang kebuka, jadi ambil fotonya disitu aja, yg penting dalemnya kelihatan.
Setelah dari Oympico, kami lanjut makan malam di dekat hotel. Keuntungan nginep di hotel dekat Roma Termini adalah banyak makanan murah nan halal karena imigran-imigran Maroko dan Turki buka restoran di daerah sini, dan porsinya banyak. Satu porsi Penne atau Spaghetti seharga 6 Euro, beda kalau di restoran Italia yang bisa 11 Euro, porsinya dikit pula, dan mereka juga jual nasi Briyani, lumayan kalau anda kangen sama nasi.
Oke, hari ini istirahat dulu, besoknya kami akan jalan-jalan lagi.
Tips:
1. Download Trip planner di smartphone anda, karena sangat berguna untuk jalan-jalan seperti naik moda transportasi apa yang tepat untuk sampai di tujuan. Google map juga bisa sih.
2. Apabila anda tidak memakai kartu SIM dan tidak ada koneksi internet, sebelum berangkat dari hotel ke tempat tujuan ada baiknya cari di Google Map atau Trip Planner moda transportasi apa yang tempat atau peta dari origin ke destination dan kemudian di screenshot, jadi apabila di tengah jalan kebingungan, anda tidak perlu nyari2 wifi agar bisa mengakses aplikasi tersebut.
To be continued.......
Saya membeli kartu perdana untuk HP saya seharga 20 euro, sudah dapat paket internet 2GB dan gratis telfon 1000 menit dan juga sms, karena di hotel tempat saya menginap katanya WiFi nya gak stabil, putus-putus koneksinya, gak sampe kamar, dll. Ternyata salah, saudara-saudara, WiFi nya lumayan enak, memang suka putus-putus sih, tapi gak bikin kesel juga. Saya nginep di Hotel Serena. Hotel bintang 3, tetapi sesuai dengan yang saya butuhkan, dan harganya gak mahal-mahal banget kalau menurut standar hotel di Eropa sih :D
Saya menginap 3 malam disini. Yang saya suka disini salah satunya adalah resepsionisnya, namanya Marco, he has a good sense of humor tapi iseng juga, jadi hati-hati aja suka dijahilin hahaha, tapi dia ngasih tips-tips yang bagus selama berkeliling di Roma, seperti hati-hati copet, jangan naik tram karena 'will bring you to a bad place', dll. Saya dan keluarga akan berkeliling keesokan harinya karena sudah terlalu capek. Oke, skip to the next day.
Tujuan pertama saya adalah Basillica Santa Di Maria Maggiore, yg notabene sangat dekat dari hotel.
Setelah dari sana, saya menuju Colloseum dengan berjalan kaki. Jaraknya lumayan, gak jauh gak deket juga, tapi karena di sepanjang perjalanan banyak yang dilihat jadi gak terlalu berasa juga capeknya.
Setelah sampai di Colloseum, kesan pertama saya: rame banget, udah kaya di GBK mau nonton Timnas tanding.
Dari review turis-turis asing yang saya baca, siap-siap banyak yg nawarin tongsis, dan bener juga sih, gak jauh beda seperti di tanah air hahaha. Banyak turis asing yang ngasih review jelek tentang Roma karena copet, banyak pedagang, dll, saya udah rada parno pas tau hal-hal begitu makanya waspada banget, ternyata sama aja kaya di Indonesia, paling bedanya modus-modus copetnya lebih ajaib dan gak disangka-sangka. Beruntunglah kita udah sering ngerasain kerasnya tanah air, jadi pas sampai disini udah gak terlalu kaget, tapi tetep waspada aja ya, ibarat ke Tanah Abang aja suasananya, just enjoy the view but always watch your belongings.
Hal yang sangat disayangkan adalah, banyak obyek wisata yang sedang direnovasi saat saya di Eropa, begitu juga Colloseum, jadi siap-siap sedikit kecewa ya.
Sebelum ke Eropa, saya dapat info bahwa Eropa sedang dilanda gelombang panas. Wih saya udah mikir bakal panas sekali, tapi pas sudah disana, ah masih panasan Rawa Belong yg panasnya nusuk kulit (yang kuliah di Bi*us pasti ngerti panasnya) hahaha.
Turis-turis berebutan minum air karena panas banget
Disini banyak yang jual souvenir dengan harga murah. Souvenir2 di Italia termasuk murah, seperti magnet kulkas 3 euro dan gantungan kunci hanya 1 euro per buah, bandingkan di Swiss yang magnet kulkasnya CHF 6. Bangkruuut.
Oke, sehabis dari Colloseum, saya berangkat ke Vatikan dengan Metro (bukan bus ya, tapi kereta bawah tanah).
Saya beli tiket yg 1 day full. Enaknya adalah tiket ini bisa juga digunakan untuk naik bus, jadi gausah beli tiket bus lagi. Saat di dalam Metro, baru deh mulai waspada tingkat tinggi, pasalnya copet-copet banyak beraksi disini, bahkan Venna sempat hampir kena copet, untung ibunya selalu mengamati orang2 yg berdiri di sekitar Venna, jadi aksi copet tersebut gagal dan langsung keluar metro di stasiun berikutnya.
Setelah sampai di stasiun Metro Vatican, untuk ke Vatican mau gak mau jalan kaki lagi. Untungnya banyak yang dilihat di sepanjang jalan seperti toko-toko.
Nah setelah berjalan lumayan jauh, akhirnya sampai juga di negara di dalam ibukota Italia, Vatikan !
Untuk masuk kedalamnya, harus ngantri seperti ngantri arung jeram di Dufan, mending nikmatin suasana aja sambil foto-foto.
Perjalanan selanjutnya dari Vatikan adalah ke Fontana Di Trevi atau Trevi Fountain naik Metro. Saya dan Vindi sempat dicibir ama penjual tongsis dengan bilang, 'dasar Filipino'. Wew kita dikira orang Filipina, kita sih ketawa-ketawa aja, ketawa miris sih.
Setelah sampai di Stasiun Metro Trevi Fountain, untuk ke TKP saya jalan kaki lagi yg jaraknya lumayan jauh. Ya ini salah saya juga sih karena gak tau kalau bisa naik bus juga, saya sampe gak tega ama rombongan, pada capek semua.
Setelah sampai di Trevi Fountain, hal yang mengecewakan kembali terjadi, yaitu tempat ini juga sedang di renovasi.
di Stasiun Metro Fontana di Trevi
Piazza di Spagna
Disini juga banyak toko-toko seperti Dior, Massimo Dutti, dll. Oiya, disini banyak tukang mawar yang suka ngasih bunga mawar 'gratis' padahal disuruh bayar juga dengan modus macam-macam, pokoknya jangan di terima, tante Ika sampai kena tipu, padahal udah nolak tapi tukangnya langsung narik tangan tante Ika sambil ngasih bunga terus disuruh bayar. Asli modusnya jelek banget.
Emak
Habis dari sini, saya kembali ke hotel karena rombongan sudah pada teler hahah, tetapi om Agus ingin ke Olympico Stadium karena beliau penggemar sepak bola dan besoknya mereka harus ke Venesia, jadi akhirnya saya, Naldi, tante Ika dan om Agus, kesana tetapi setelah istirahat sebentar di hotel, sisanya tidur.
Setelah beristirahat cukup, akhirnya kami berangkat menuju Olympico Stadium dengan naik Metro di Roma Termini. Untuk kesana harus naik Metro ke suatu wilayah namanya Lepanto, kemudian dari situ naik bus lagi (tidak usah bayar, cukup naik saja).
Akhirnya sampai juga di tempat tujuan. Stadionnya bagus juga.
Sayang kami gak bisa masuk kedalam, yaudah foto-foto di luarnya aja, beruntung ada gerbang yang kebuka, jadi ambil fotonya disitu aja, yg penting dalemnya kelihatan.
Setelah dari Oympico, kami lanjut makan malam di dekat hotel. Keuntungan nginep di hotel dekat Roma Termini adalah banyak makanan murah nan halal karena imigran-imigran Maroko dan Turki buka restoran di daerah sini, dan porsinya banyak. Satu porsi Penne atau Spaghetti seharga 6 Euro, beda kalau di restoran Italia yang bisa 11 Euro, porsinya dikit pula, dan mereka juga jual nasi Briyani, lumayan kalau anda kangen sama nasi.
Oke, hari ini istirahat dulu, besoknya kami akan jalan-jalan lagi.
Tips:
1. Download Trip planner di smartphone anda, karena sangat berguna untuk jalan-jalan seperti naik moda transportasi apa yang tepat untuk sampai di tujuan. Google map juga bisa sih.
2. Apabila anda tidak memakai kartu SIM dan tidak ada koneksi internet, sebelum berangkat dari hotel ke tempat tujuan ada baiknya cari di Google Map atau Trip Planner moda transportasi apa yang tempat atau peta dari origin ke destination dan kemudian di screenshot, jadi apabila di tengah jalan kebingungan, anda tidak perlu nyari2 wifi agar bisa mengakses aplikasi tersebut.
To be continued.......
Senin, 03 Agustus 2015
Pengalaman Jalan-jalan di Roma, Italia (part 1)
Halo semua,
setelah setahun gak ngupdate blog saya, akhirnya saya memutuskan untuk update lagi karena saya memiliki pengalaman baru, yang mana bagi orang-orang adalah pengalaman yang menjadi mimpi dan bahkan target dalam hidup, yaitu : liburan ke Eropa. Sebenarnya tidak murni liburan sih, melainkan ingin mengunjungi abang saya yg sedang menempuh studi di Manchester, Inggris, tetapi ya melipir dulu ke negara lain hahaha.
Saya dan keluarga tidak sendiri, tetapi ada juga keluarganya teman ayah saya beserta anak-anaknya, yaitu Om Agus, Tante Ika, Vindi, dan Venna. Kalau mereka ingin ke Eropa karena mereka ingin menghadiri wisudanya Vindi di London, Inggris.
Saya pergi menggunakan Qatar Airways dari Soekarno-Hatta International Airport pada tanggal 7 Juli 2015 jam 00:10 WIB. Beruntung saya dapat tiket promo untung pergi-pulang jadi pengeluaran bisa ditekan semaksimal mungkin, dan dibanding maskapai pesawat yg lain, Qatar Airways yg paling murah dan baru-baru ini dapat penghargaan sebagai maskapai terbaik tahun ini. Kurang hoki apa saya ? hahaha (bukan promosi lho). Sedangkan keluarga om Agus menggunakan Kuwait Airlines.
Saya transit di Hamad International Airport jam 4 pagi waktu Doha selama 4 jam, setelah itu saya lanjut lagi terbang ke Roma selama 6 jam. Pada jam 13:25 saya mendarat di Aeroporto Roma Fiumicino 'Leonardo Da Vinci'. Finally, I'm in Italy !
Satu hal yang pertama kali ada di benak saya adalah: bandaranya sumpek. Ya, rasanya kaya di bandara tanah air, dan lumayan panas juga. Untuk mengambil bagasi harus naik kereta lagi, jadi setelah turun dari pesawat usahakan ikut rombongan dulu sampai nyampe di tempat pengambilan bagasi, kalau gak bisa bingung lho.
Setelah mengambil bagasi, saya menuju stasiun yg berada di bandara untuk menuju pusat kota Roma. Sebenarnya ada beberapa pilihan untuk menuju pusat kota, bisa menggunakan taksi, shuttle bus, dan kereta. Tetapi berdasarkan pengalaman orang-orang yang pernah liburan kesini, jadi saya memutuskan menggunakan kereta karena lebih aman dan lebih cepat sampai. Nama kereta yang digunakan adalah Leonardo Express, dan untuk tarifnya per orang 14 euro. Tiket bisa dibeli di mesin penjual tiket, kios Tabacchi, dll. pokoknya sampai di stasiunnya anda akan melihat banyak tempat yang jual tiket. Stasiunnya pengap sekali padahal tidak penuh, dan tambah 'panas' karena banyak cewek-cewek muda berpakaian mini karena lagi musim panas, wow sekali pokoknya. Satu hal yang perlu diingat, sebelum naik kereta tiketnya HARUS di validasi kalau tidak mau kehilangan puluhan euro (di denda) saat diperiksa oleh kondektur di dalam kereta. Banyak turis yang belum tahu info ini jadi mereka kecele. Validasinya dilakukan di mesin yg berwarna kuning atau mesin di bawah ini,
Perjalanan dari airport ke stasiun pusat (Roma Termini) memakan waktu 30 menit. Perlu diketahui bahwa ada banyak stasiun di Roma, dan stasiun pusatnya adalah Roma Termini, jadi kalau mau mencari penginapan lebih baik di sekitar Roma Termini karena lokasi yang strategis, banyak restoran halal nan murah, banyak toko-toko yg menjual souvenir dengan harga murah, dan banyak hotel-hotel dengan harga terjangkau disini.
To Be Continued....
setelah setahun gak ngupdate blog saya, akhirnya saya memutuskan untuk update lagi karena saya memiliki pengalaman baru, yang mana bagi orang-orang adalah pengalaman yang menjadi mimpi dan bahkan target dalam hidup, yaitu : liburan ke Eropa. Sebenarnya tidak murni liburan sih, melainkan ingin mengunjungi abang saya yg sedang menempuh studi di Manchester, Inggris, tetapi ya melipir dulu ke negara lain hahaha.
Saya dan keluarga tidak sendiri, tetapi ada juga keluarganya teman ayah saya beserta anak-anaknya, yaitu Om Agus, Tante Ika, Vindi, dan Venna. Kalau mereka ingin ke Eropa karena mereka ingin menghadiri wisudanya Vindi di London, Inggris.
Saya pergi menggunakan Qatar Airways dari Soekarno-Hatta International Airport pada tanggal 7 Juli 2015 jam 00:10 WIB. Beruntung saya dapat tiket promo untung pergi-pulang jadi pengeluaran bisa ditekan semaksimal mungkin, dan dibanding maskapai pesawat yg lain, Qatar Airways yg paling murah dan baru-baru ini dapat penghargaan sebagai maskapai terbaik tahun ini. Kurang hoki apa saya ? hahaha (bukan promosi lho). Sedangkan keluarga om Agus menggunakan Kuwait Airlines.
Saya transit di Hamad International Airport jam 4 pagi waktu Doha selama 4 jam, setelah itu saya lanjut lagi terbang ke Roma selama 6 jam. Pada jam 13:25 saya mendarat di Aeroporto Roma Fiumicino 'Leonardo Da Vinci'. Finally, I'm in Italy !
Satu hal yang pertama kali ada di benak saya adalah: bandaranya sumpek. Ya, rasanya kaya di bandara tanah air, dan lumayan panas juga. Untuk mengambil bagasi harus naik kereta lagi, jadi setelah turun dari pesawat usahakan ikut rombongan dulu sampai nyampe di tempat pengambilan bagasi, kalau gak bisa bingung lho.
Setelah mengambil bagasi, saya menuju stasiun yg berada di bandara untuk menuju pusat kota Roma. Sebenarnya ada beberapa pilihan untuk menuju pusat kota, bisa menggunakan taksi, shuttle bus, dan kereta. Tetapi berdasarkan pengalaman orang-orang yang pernah liburan kesini, jadi saya memutuskan menggunakan kereta karena lebih aman dan lebih cepat sampai. Nama kereta yang digunakan adalah Leonardo Express, dan untuk tarifnya per orang 14 euro. Tiket bisa dibeli di mesin penjual tiket, kios Tabacchi, dll. pokoknya sampai di stasiunnya anda akan melihat banyak tempat yang jual tiket. Stasiunnya pengap sekali padahal tidak penuh, dan tambah 'panas' karena banyak cewek-cewek muda berpakaian mini karena lagi musim panas, wow sekali pokoknya. Satu hal yang perlu diingat, sebelum naik kereta tiketnya HARUS di validasi kalau tidak mau kehilangan puluhan euro (di denda) saat diperiksa oleh kondektur di dalam kereta. Banyak turis yang belum tahu info ini jadi mereka kecele. Validasinya dilakukan di mesin yg berwarna kuning atau mesin di bawah ini,
Mesin Validasi (Sumber: Google)
Di stasiun airport (saya yg tengah haha)
Di dalam Leonardo Express.
To Be Continued....
Langganan:
Postingan (Atom)